berita acara

---Motivasi Hari Ini-Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum manakala kaum itu tidak merubah nasibnya sendiri--::::--Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui “. (QS. Al-Baqarah/2: 216)-- ::::-- Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’-- :::: --Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang--

CARI MP3/POSTING

AWALI SEMUA DENGAN MEMBACA

AWALI SEMUA DENGAN MEMBACA

Kebenaran Ramalan Gus Dur Dalam Diri KH. Said Aqil Siradj



Gus Dur dan Kang Said

Gus Dur Ramalkan Said Aqil Jadi Ketua Umum PBNU Setelah Umur 55 Tahun
Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sempat meramalkan KH. Said Aqil Siradj terpilih menjadi ketua umum PBNU setelah berusia 55 tahun. Ternyata ramalan itu benar. Said Aqil Terpilih pada Muktamar ke-32 NU di Makassar pada usia 56 tahun.
Cerita ini disampaikan sendiri oleh Said Aqil dalam acara Tasyakuran Sukses Muktamar di kantor PP. GP. Ansor, Jakarta, Kamis (1/4/10) malam. ”Saya tidak menceritakan ini sebelum Muktamar, nanti dikira kampanye,” kata Said Aqil bergurau.
Ceritanya, pada Muktamar ke-30 NU di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Said Aqil yang bertugas sebagai ketua panitia pusat berniat mengajukan diri sebagai calon ketua umum PBNU, dan Gus Dur tidak setuju.
”Nanti sampeyan itu baru jadi ketua umum PBNU setelah umur 55,” kata Gus Dur seperti ditirukan Said Aqil. ”Saya tidak mengada-ngada, ada saksinya santri-santri saya di Ciganjur,” tambahnya.
Namun pada waktu itu Said Aqil tetap bersikeras mencalonkan diri, dan ternyata ia kalah bersaing dengan KH Hasyim Muzadi. Pada Muktamar ke-31 NU di Solo, Said masih berusia 50 tahun dan tidak ukut dalam bursa pencalonan.
”Pada Muktamar Makassar saya tenang saja karena Gus Dur sudah bilang begitu. Kalau saya tidak jadi berarti kewalian Gus Dur diragukan,” katanya disambut tawa hadirin.
Dalam kesempatan itu Said Aqil mengajak warga Nahdliyin yang hadir untuk membacakan surat Al-Fatihah khusus untuk Gus Dur.
”Saya ini tidak belajar kitab kuning dari Gus Dur, kalau belajar kitab kuning ya ke Kyai Mahrus Ali Lirboyo dan Kyai Ali Maksum Krapyak. Saya belajar dari Gus Dur ilmu ahwal, ilmu tentang perilaku,” katanya sebelum memimpin doa.
Doa dan bacaan surat Al-Fatihah malam itu juga ditujukann kepada para pendiri NU antara Lain KH Hasyim Asy’ari. KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Ridwan Abdullah dan KH Mas Alwi Abdul Aziz.
Gus Dur dan Gus Miek

Redaksi Lain
Salah satu tanda orang sholeh adalah ia memiliki pandangan batin yang sangat kuat sehingga mampu melintasi ruang dan waktu. Ia bisa mengetahui kejadian-kejadian di masa mendatang.
KH Said Aqil Siradj mengaku dirinya telah diramalkan menjadi ketua umum PBNU oleh Gus Dur setelah usianya mencapai 55 tahun.
Kiai Said menyatakan dirinya tidak meminta Gus Dur untuk melihat masa depannya, tetapi ramalan Gus Dur itu pun terucap begitu saja saat ia berkunjung ke rumahnya, yang masih satu kompleks di Ciganjur.
Cerita ini bermula ketika Gus Dur pagi-pagi berolah raga dengan diiringi para pengawal, saat itu posisinya sudah sebagai mantan presiden. Lalu ia mampir ke rumah Kang Said, yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari kediamannya.
Pada pagi yang cerah itu, Gus Dur minta disediakan air putih dan sarapan roti tawar, juga meminta Kang Said untuk membacakan kitab Ihya  Ulumuddin, bab sabar dan tawakkal. Baru membaca dua baris, Gus Dur ternyata sudah tertidur sehingga ia menghentikan sementara membaca kitab tasawwuf karangan Imam Ghozali ini.
Lima menit kemudian Gus Dur bangun dan langsung berujar, “Sampeyan (kamu) jadi ketua umum PBNU sesudah umur 55 tahun.”
Ucapan Gus Dur itu terbukti benar, Kang Said terpilih menjadi ketua umum PBNU pada muktamar NU ke-32 yang berlangsung di Makassar Maret, 2010 lalu pada usia 56 tahun. Kiai Said dilahirkan di Cirebon, 03 Juli 1953.
Saifurroyya
Sumber : www.nu.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar